Upaboga: Pameran Perjalanan Kuliner Nusantara

Koleksi foto di Pameran Upaboga: Ketika Makanan Bercerita yang menggambarkan proses pembuatan nasi di zaman dahulu (01/12/2021). Foto: Daniel Kalis

Ragamin – Museum Sonobudoyo kembali menggelar pameran tahunan Annual Museum Exhibition (AMEX) bertajuk “Upaboga: Ketika Makanan Bercerita” pada Sabtu, (6/11/2021). 

Pameran ini berlangsung dari tanggal 6 – 30 November 2021 dan bertempat di Gedung Pameran Temporer Museum Sonobudoyo, Jalan Pangurakan No.4 Yogyakarta. Pameran buka pada pukul 09.00 – 21.00 WIB dengan tetap mematuhi protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan. Selain itu, pengunjung perlu scan barcode di aplikasi Peduli Lindungi sebelum masuk pada area pameran. 

AMEX merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan dalam rangka peringatan hari jadi Museum Sonobudoyo. Pameran dan kegiatan pendukung lainnya didanai dari Dana Keistimewaan Yogyakarta. Tahun ini, pemilihan tema makanan dilakukan sebagai apresiasi terhadap keberagaman kuliner Nusantara. 

“Pameran ini ditujukan untuk mengapresiasi keberagaman kuliner Nusantara dan memantik masyarakat guna menggali kekayaan budaya bangsa dalam wujud makanan tradisional,” ujar Kepala Museum Sonobudoyo, Setyawan Sahli, dalam sambutannya pada Sabtu (6/11/2021).

Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Dian Lakshmi Pratiwi, mengatakan bahwa tema makanan yang diangkat ini juga mengandung informasi tentang hubungan antara makanan, masyarakat, dan budaya.

“Latar belakang sosial budaya yang melingkupi semua makanan inilah yang menjadi salah satu dari konsen budaya tak benda DIY,” ujar Dian Lakshmi Pratiwi dalam sambutannya.

Garis Waktu Kuliner Nusantara

Pameran ini menyajikan garis waktu kuliner Nusantara mulai dari zaman praaksara, kolonial, hingga masa kini. Perjalanan ini disajikan dalam delapan ruang pameran. Di bagian awal, kita akan disuguhkan peralatan memasak zaman praaksara seperti batu serpih, batu titikan, flakes, cangkang Gastropoda, dan kapak lonjong.

Kita juga dapat melihat peralatan makan zaman kolonial yang tertata rapi seperti piring Eropa, piring Damaskus, sendok perak,  dan masih banyak lagi. Berbagai rempah khas Indonesia juga dipamerkan di sini, seperti jahe, kunyit, kapulaga, dan lain-lain. Pemajangan koleksi rempah juga sebagai upaya mendukung pemerintah dalam mewujudkan jalur rempah yang ditetapkan sebagai warisan dunia.

Rempah menjadi faktor penting dalam menentukan keanekaragaman citarasa masakan di Nusantara (01/12/2021). Foto: Daniel Kalis

“Hal ini untuk meneguhkan posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia” jelas Setyawan Sahli.

Pameran ini juga menyajikan replika makanan tradisional Indonesia seperti beraneka jenis tumpeng, kipo, songgobuwono, jadah manten, dan berbagai makanan tradisional lainnya. Ada juga koleksi berbagai alat untuk memasak nasi pada zaman dahulu.

Salah satu replika tumpeng dalam pameran ini adalah Tumpeng Kapuranto. Kekhasannya terletak pada nasi yang berwarna biru dari bunga telang dan menjadi simbol permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan (01/12/2021). Foto: Daniel Kalis

Pengunjung juga dapat melihat video mapping yang menceritakan proses pengolahan padi mulai dari menanam, memasak, hingga menyajikannya.

Sempat Tertunda

Pameran Upaboga ini sedianya akan dilakukan pada 2019, tetapi sempat ditunda karena adanya pandemi.

“Akhirnya baru bisa diadakan di akhir tahun 2021 ini,” ujar Feby (20) selaku Gallery Sitter di Pameran Upaboga pada Rabu, (01/12/2021).

Menurutnya, pameran ini biasanya ramai dikunjungi pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Namun, menjelang liburan akhir tahun frekuensi pengunjung yang datang juga mulai meningkat.

Hadirnya pameran ini juga tidak lepas dari kerjasama berbagai pihak yang terlibat seperti Komunitas Bakudapan, Komunitas Majalah Bumbu, serta Museum Tani Indonesia. Selain pameran, pengunjung juga dapat mengikuti webinar, bioskop gratis, dan live music yang rutin diinformasikan di situs resmi dan media sosial Museum Sonobudoyo. 

Reporter : Daniel Kalis Jati Mukti

Editor: Marsha Bremanda Triana Rahmawaty

Pagelaran Seni “Peluk Nusantara” di Kuta Bali

Penampilan salah satu musisi Bali, Jumat (26/11/2021). Foto: Jennifer

Ragamin — Pagelaran seni budaya nusantara diadakan di Park 23, Kuta, Bali pada Jumat (26/11/2021). Acara bertajuk “Peluk Nusantara” atau “Pemerhati Usaha Kreatif Nusantara” ini digelar oleh Steve Nanuru, selaku musisi, bersama dengan tim di belakangnya.

Pagelaran ini dibuka untuk umum dan dijalankan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ada. Steve sendiri sebagai penyelenggara acara menceritakan konsep di balik diadakannya Peluk Nusantara yaitu sebagai wadah pertemuan antara seniman yang ada di Indonesia.

Lanjutkan membaca “Pagelaran Seni “Peluk Nusantara” di Kuta Bali”

Kembali Pulih, Wisata Teluk Penyu Cilacap Dipadati Wisatawan

Situasi Pantai Teluk Penyu yang ramai dipadati wisatawan (01/12/2021)
Foto: Marsha Bremanda

Ragamin – Tempat wisata Pantai Teluk Penyu Cilacap kembali dipadati wisatawan. Ratusan orang pun memenuhi tempat wisata yang menjadi ikon Kota Cilacap ini.

Semenjak masuknya pandemi Covid-19, wisata Pantai Teluk Penyu sempat berhenti beroperasi. Selama kurang lebih tiga bulan, diberlakukan pelarangan kepada warga/wisatawan untuk berkunjung ke tempat tersebut.

Lanjutkan membaca “Kembali Pulih, Wisata Teluk Penyu Cilacap Dipadati Wisatawan”

Webinar Badan Pelestarian Nilai Budaya Bali: Budaya dan Lingkungan Perspektif Orang Sumba

Tangkapan layar webinar BPNB menampilkan  narasumber, moderator, dan pembawa acara. (02/12/2021). Foto: Fiona Troyandi.

Ragamin – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Bali menggelar webinar bertajuk “Budaya dan Lingkungan Perspektif Orang Sumba” pada Kamis, (02/12/2021).

Potensi pelestarian tanah Humba atau lebih dikenal dengan Sumba kini cenderung diabaikan oleh generasi muda yang merasa bahwa budaya lokal sudah lekang oleh waktu. Webinar ini membahas lebih dalam mengenai perspektif budaya dan lingkungan dari dua sudut pandang, orang Sumba asli dan bukan orang Sumba. 

Terdapat dua narasumber yang dihadirkan yakni Umbu Remi D,S.Kom selaku tokoh muda penggiat budaya Sumba Timur dan Purwadi Soeriadiredja selaku antropolog non Sumba yang telah lama menganalisis dan bergiat di lingkungan dan budaya Sumba Timur.

Kepercayaan Marapu Menurut Orang Sumba

Bangsa Sumba telah memiliki tata cara kehidupan bersama yang menurut kepercayaan mereka telah diatur oleh Tuhan yang Maha Esa (mawulu tau – majii tau) dengan perantara leluhur yang disembah dan disebut Marapu.

“Marapu ini seperti kepada Tuhan, leluhur, roh-roh, dan kekuatan sakti,” kata Umbu Remi, dalam webinar tersebut pada Kamis (02/12/2021).

Bagi bangsa Sumba, Marapu merupakan perantara atau media yang membantu menyampaikan segala isi hati manusia kepada Tuhan. Untuk menyampaikan kehendak Marapu kepada manusia, biasanya dilakukan ritual “muawalu” (undi) melalui “ura manu- eti wei” (urat ayam dan hati babi).

“Terdapat tiga tatanan utama yang berkaitan erat dengan identitas budaya orang Sumba yaitu beragama (marapu), kekeluargaan (kabihu), kediaman (paraingu),” tutur Purwadi Soeriadiredja pada Kamis (02/12/2021).

“Stereotip orang Sumba dari buku yang saya baca mengatakan bahwa bangsa Sumba suka berperang, mengembara, animisme, pemalas, dan terbelakang, “ jelas Purwadi Soeriadiredja.

Namun dari hasil pengamatannya, ia mengidentifikasi sikap bangsa Sumba yang memeluk kepercayaan Marapu berbeda seperti yang distereotipkan. Ada lima sikap yang ia sebutkan yakni:

  1. Pemeluk Marapu memperoleh kesetaraan dalam bidang pendidikan dan pekerjaan yang dianggap layak.
  2. Memiliki sikap peduli satu sama lain
  3. Memiliki jiwa saling tolong menolong dan bertenggang rasa
  4. Memiliki sifat yang toleran
  5. Selalu berusaha mendahulukan kepentingan bersama

Mamuli, Penghargaan Bagi Wanita

berbagai bentuk Mamuli yang ada di bangsa Sumba, Mamuli dipercaya sebagai emas sakral yang berisikan roh-roh.  (02/12/2021). Foto: AntiqueLovers/facecbook

Mamuli yang berbetuk rahim dan vagina dipercaya oleh bangsa Sumba merupakan Marapu. Perhiasan sakral ini terbuat dari emas, perak dan kuningan. Bangsa Sumba memiliki keyakinan bahwa terdapat roh-roh dalam emas-emas itu.

Mamuli hanya dimiliki oleh perempuan sebagai lambang kesuburan dan penghargaan bagi perempuan yang sudah melahirkan. Selain itu, Mamuli dipakai untuk penanda status sosial dan mahar pernikahan.

Tempat Ritual Kepercayaan Marapu

Ritual Marapu dapat dilakukan di dalam dan di luar rumah. Penyembahan kepada Marapu di dalam rumah dilakukan di rumah tidak berpenghuni (uma ndapa taungu), yang ditunjukkan kepada maha leluhur (Marapu Ratu). 

Sedangkan penyembahan di luar rumah dibutuhkan pemasangan tugu (kaduada) yang terbuat dari sebatang kayu dan pada sisinya diletakkan batu rata. Ajaran Marapu berbicara mengenai dua penghargaan terhadap lingkungan pertama, penghargaan tanah yang diibaratkan sebagai ibu sendiri, sehingga perlu dirawat dan dijaga. Kedua, tentang lingkungan, adanya padang rumput yang pantang dibakar dan adanya hutan yang pantang ditebang.

Reporter : Fiona Troyandi

Editor: Marsha Bremanda Triana Rahmawaty

Menteri PPPA RI Apresiasi Pemberdayaan Perempuan di Payungi

Menteri PPPA, Walikota Metro, dan pendiri Payungi berfoto bersama salah satu pedagang kuliner Payungi
(28/11/2021). Foto: Immanuella Devina.

Ragamin – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (PPPA RI),  I Gusti Ayu Bintang Darmawati melakukan kunjungan kerja ke Pasar Yosomulyo Pelangi (Payungi), Kota Metro, Lampung pada Minggu, (28/11/2021).  

Kunjungan ini didampingi oleh beberapa pihak seperti Walikota Metro,  Anggota Komisi 8  DPR RI Dapil Lampung II, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Sekretariat Daerah Kota Metro, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Metro, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, Ketua Gabungan Organisasi Wanita Kota Metro, Ketua Dharma Wanita Persatuan Kota Metro , Camat Metro Pusat, dan Lurah Yosomulyo. Payungi menyambut kunjungan ini dengan slogan “Perempuan Ada dan Berdaya.” 

“Kunjungan beliau untuk melihat bagaimana pemberdayaan perempuan di Pasar Payungi,” jelas Dharma Setyawan, pendiri Payungi, saat diwawancara secara daring pada Jumat, (26/11/2021). 

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Menteri PPPA RI seperti penandatanganan Naskah Komitmen bersama Kelurahan Ramah Perempuan dan Peduli Anak (KRPPA), Dialog Pemberdayaan Ekonomi Perempuan, serta peresmian Sekolah Penggerak Perempuan dan Buku Ekonomi Pemberdayaan Perempuan.

Ia menegaskan bahwa perempuan Lampung harus mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk mewujudkan perempuan Lampung yang berdaya. Potensi dan peluang itu bisa hadir melalui kolaborasi dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, dikutip dari Informasi Pemerintah Kota Metro.

Lanjutkan membaca “Menteri PPPA RI Apresiasi Pemberdayaan Perempuan di Payungi”

Cerita di Balik Kelom Geulis Sheny Tasikmalaya, Memadukan Inovasi dan Kreativitas

Plang untuk menemukan Galeri Sentra Kelom Geulis Sheny, (20/11/2021). Foto: Fiona Troyandi. 

Ragamin – Kelom geulis, kerajinan asal Tasikmalaya yang namanya diserap dari dua bahasa. Kelom berasal dari Bahasa Belanda yang berarti “sandal kayu”. Sementara geulis berasal dari Bahasa Sunda yang berarti “cantik”. 

Kelom geulis biasanya digunakan untuk acara sakral seperti kondangan dan acara besar lainnya. Namun, ada juga kelom geulis model ‘teplek’ (alas kayu yang tidak terlalu tinggi) yang dapat digunakan untuk kegiatan sehari-hari.

Lanjutkan membaca “Cerita di Balik Kelom Geulis Sheny Tasikmalaya, Memadukan Inovasi dan Kreativitas”

Jadi Kuli di Usia Remaja, Bukan Halangan untuk Sekolah

Muhammad Tabiat Arrokhim, remaja yang menjadi kuli bangunan. Minggu (4/12/2021). Foto: Jennifer

Ragamin – Muhammad Tabiat Arrokhim atau akrab disapa Tabiat merupakan seorang remaja kelahiran tahun 2005. Laki-laki yang saat ini menginjak usia 16 tahun tersebut membagikan kisahnya sebagai seorang kuli bangunan.

Sore itu pada hari Minggu (4/12/2021), ketika Ragamin menemuinya di lapangan proyek, ia sedang asyik meratakan bebatuan yang ada. Dari perawakannya, terlihat sosok tubuhnya yang mungil di antara pekerja lainnya.

Lanjutkan membaca “Jadi Kuli di Usia Remaja, Bukan Halangan untuk Sekolah”

Kisah Ekowaty di Balik Jatuh Bangun Usaha Laundry saat Musim Penghujan

Mutya Laundry. Foto: Marsha Bremanda (1/12)

Ragamin – Tangannya yang mungil tampak lincah bergerak ke sana kemari menyetrika pakaian. Sembari tangan kiri memegang parfum pelicin, Ekowaty (59) berdiri di depan meja setrika. Ia ditemani anak perempuannya. Keduanya sibuk menyetrika pakaian orang-orang yang memakai jasa laundry mereka. 

Ekowaty sudah menjalankan bisnis laundry ini sejak satu tahun yang lalu, tepatnya bulan November 2020. Berlokasi di Jalan Baruna Tengah Raya, Perum Tegal Asri, Cilacap, Ekowaty membeli sebuah rumah untuk dijadikan lahan bisnis laundry-nya. 

Lanjutkan membaca “Kisah Ekowaty di Balik Jatuh Bangun Usaha Laundry saat Musim Penghujan”

Rizky Kuncoro Manik: Mengabdi pada Keraton Sedari Dini

Mbah Suyat (kiri) dan Rizky Kuncoro Manik (kanan) ketika ditemui di Bangsal Sri Manganti pada Sabtu, (30/11/2019). Foto: Daniel Kalis

Ragamin – Pagi itu, Keraton Yogyakarta sedang mengadakan latihan gamelan rutin di Bangsal Sri Manganti bagi para Abdi Dalem. Di antara mereka, ada satu sosok anak kecil yang berpakaian Jawa lengkap sedang berjalan dengan kakeknya.

Nama anak itu adalah Rizky Kuncoro Manik (11), seorang pembantu Abdi Dalem yang sering disebut sebagai Abdi Dalem termuda di Keraton Yogyakarta. Setelah memperkenalkan diri, mereka mengajak saya untuk duduk sembari melihat latihan gamelan dari Abdi Dalem yang lain.

Lanjutkan membaca “Rizky Kuncoro Manik: Mengabdi pada Keraton Sedari Dini”

Menilik Sejarah Kota Metro Lampung di Rumah Informasi Sejarah

Infografis jejak kolonis di Kota Metro (24/11/2021).  Foto: Immanuella Devina

Ragamin – Penuh dengan sejarah, Metro Lampung memiliki mimpi untuk membuat sebuah museum kota. Perlahan, mimpi itu mulai terwujud dengan dibangunnya Rumah Informasi Sejarah (RIS). Berlokasi di Cagar Budaya Rumah Dokter (Dokterswoning) Jalan Brigjend Sutiyoso, Rumah Informasi Sejarah buka setiap hari pukul 09.00 – 15.00 WIB. 

Lanjutkan membaca “Menilik Sejarah Kota Metro Lampung di Rumah Informasi Sejarah”
Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai