Webinar Badan Pelestarian Nilai Budaya Bali: Budaya dan Lingkungan Perspektif Orang Sumba

Tangkapan layar webinar BPNB menampilkan  narasumber, moderator, dan pembawa acara. (02/12/2021). Foto: Fiona Troyandi.

Ragamin – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Bali menggelar webinar bertajuk “Budaya dan Lingkungan Perspektif Orang Sumba” pada Kamis, (02/12/2021).

Potensi pelestarian tanah Humba atau lebih dikenal dengan Sumba kini cenderung diabaikan oleh generasi muda yang merasa bahwa budaya lokal sudah lekang oleh waktu. Webinar ini membahas lebih dalam mengenai perspektif budaya dan lingkungan dari dua sudut pandang, orang Sumba asli dan bukan orang Sumba. 

Terdapat dua narasumber yang dihadirkan yakni Umbu Remi D,S.Kom selaku tokoh muda penggiat budaya Sumba Timur dan Purwadi Soeriadiredja selaku antropolog non Sumba yang telah lama menganalisis dan bergiat di lingkungan dan budaya Sumba Timur.

Kepercayaan Marapu Menurut Orang Sumba

Bangsa Sumba telah memiliki tata cara kehidupan bersama yang menurut kepercayaan mereka telah diatur oleh Tuhan yang Maha Esa (mawulu tau – majii tau) dengan perantara leluhur yang disembah dan disebut Marapu.

“Marapu ini seperti kepada Tuhan, leluhur, roh-roh, dan kekuatan sakti,” kata Umbu Remi, dalam webinar tersebut pada Kamis (02/12/2021).

Bagi bangsa Sumba, Marapu merupakan perantara atau media yang membantu menyampaikan segala isi hati manusia kepada Tuhan. Untuk menyampaikan kehendak Marapu kepada manusia, biasanya dilakukan ritual “muawalu” (undi) melalui “ura manu- eti wei” (urat ayam dan hati babi).

“Terdapat tiga tatanan utama yang berkaitan erat dengan identitas budaya orang Sumba yaitu beragama (marapu), kekeluargaan (kabihu), kediaman (paraingu),” tutur Purwadi Soeriadiredja pada Kamis (02/12/2021).

“Stereotip orang Sumba dari buku yang saya baca mengatakan bahwa bangsa Sumba suka berperang, mengembara, animisme, pemalas, dan terbelakang, “ jelas Purwadi Soeriadiredja.

Namun dari hasil pengamatannya, ia mengidentifikasi sikap bangsa Sumba yang memeluk kepercayaan Marapu berbeda seperti yang distereotipkan. Ada lima sikap yang ia sebutkan yakni:

  1. Pemeluk Marapu memperoleh kesetaraan dalam bidang pendidikan dan pekerjaan yang dianggap layak.
  2. Memiliki sikap peduli satu sama lain
  3. Memiliki jiwa saling tolong menolong dan bertenggang rasa
  4. Memiliki sifat yang toleran
  5. Selalu berusaha mendahulukan kepentingan bersama

Mamuli, Penghargaan Bagi Wanita

berbagai bentuk Mamuli yang ada di bangsa Sumba, Mamuli dipercaya sebagai emas sakral yang berisikan roh-roh.  (02/12/2021). Foto: AntiqueLovers/facecbook

Mamuli yang berbetuk rahim dan vagina dipercaya oleh bangsa Sumba merupakan Marapu. Perhiasan sakral ini terbuat dari emas, perak dan kuningan. Bangsa Sumba memiliki keyakinan bahwa terdapat roh-roh dalam emas-emas itu.

Mamuli hanya dimiliki oleh perempuan sebagai lambang kesuburan dan penghargaan bagi perempuan yang sudah melahirkan. Selain itu, Mamuli dipakai untuk penanda status sosial dan mahar pernikahan.

Tempat Ritual Kepercayaan Marapu

Ritual Marapu dapat dilakukan di dalam dan di luar rumah. Penyembahan kepada Marapu di dalam rumah dilakukan di rumah tidak berpenghuni (uma ndapa taungu), yang ditunjukkan kepada maha leluhur (Marapu Ratu). 

Sedangkan penyembahan di luar rumah dibutuhkan pemasangan tugu (kaduada) yang terbuat dari sebatang kayu dan pada sisinya diletakkan batu rata. Ajaran Marapu berbicara mengenai dua penghargaan terhadap lingkungan pertama, penghargaan tanah yang diibaratkan sebagai ibu sendiri, sehingga perlu dirawat dan dijaga. Kedua, tentang lingkungan, adanya padang rumput yang pantang dibakar dan adanya hutan yang pantang ditebang.

Reporter : Fiona Troyandi

Editor: Marsha Bremanda Triana Rahmawaty

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai